Tempatpasang iklan di internet secara gratis tanpa daftar. Sebar iklan produk,promosi usaha, property,rumah,bisnis, mobil, tanah, handphone, komputer, dll di jaringan situs iklan kami secara gratis Logogramterbentuk dari gambar ikan bandeng, ikan lele, air, bukit atau gunung yang tidak berapi, dan pantai atau laut yang merupakan sumber daya alam Kabupaten Lamongan. Warna biru melambangkan kedamaian dan kesejahteraan, sedangkan warna hijau sebagai perlambangan sumber daya Kabupaten Lamongan. 1 Barang Fiberglass tidak bisa berkarat walaupun terkena air laut, air hujan, air PAM / PDAM, air sumur Terus-terusan. (Perahu, Papan Selancar, Speed Boat, Bak mandi, Bak kimia, Tandon Air, Bak penampungan ikan / Lele, Belut, Dll. 2. BandengLele Print di Tokopedia ∙ Promo Pengguna Baru ∙ Cicilan 0% ∙ Kurir Instan. Beli Bandeng Lele Print di Batik Lamongan Cahaya Utama. Promo khusus pengguna baru di aplikasi Tokopedia! Vay Tiền Trả Góp Theo Tháng Chỉ Cần Cmnd. Lambang Kota Lamongan adalah Ikan Bandeng dan Lele. Kenapa koq lambing kota kita tercinta ini koq ikan bandeng dan lele ? kenapa koq tidak mujaher dan kutuk atau lainnya. Ternyata ada sejarah yang menarik dibalik kedua ikan tersebut. Tapi disini saya akan mengulah tentang lelenya dahulu. Ada yang bilang jika orang Lamongan asli tidak boleh memakan ikan yang satu ini. Benar atau tidak anggaban tersebut, berikut ceritanya. Dahulu, ada seorang Nyi Lurah yang meminjam piandel berupa keris kepada salah seorang waliullah/sunan kemungkinan Sunan Ampel untuk mencegah ontran-ontran atau huru-hara sekaligus untuk menjaga kewibawaannya di wilayahnya sekitar wilayah Bojonegoro. Kanjeng Sunan pun memberikan keris yang dimilikinya kepada Nyi Lurah dengan beberapa syarat. Diantaranya adalah tidak boleh menggunakan keris tersebut untuk kekerasan menumpahkan darah dan harus segera dikembalikan kepada Sunan tersebut secara langsung setelah tujuh purnama tujuh bulan. Akhirnya Nyi Lurah berhasil mewujudkan cita-cita dan harapannya itu. Namun setelah tujuh purnama terlewati, Nyi Lurah belum juga mengembalikan keris kepada Kanjeng Sunan. Khawatir terjadi penyalahgunaan pada pusakanya, Kanjeng Sunan kemudian mengutus salah seorang muridnya untuk menemui Nyi Lurah dan mengambil kembali keris Kanjeng Sunan. Sampai di tempat Nyi Lurah, murid Kanjeng Sunan pun segera menemui Nyi Lurah. Saat murid tersebut menghadap dan mengutarakan maksudnya untuk mengambil keris Kanjeng Sunan, Nyi Lurah bersikeras tidak mau menyerahkan keris tersebut. Karena merasa tidak mendapat sambutan yang baik atas niatnya, akhirnya sang murid berencana untuk diam-diam mengambil keris pusaka di rumah Nyi Lurah. Pada suatu malam, murid tersebut memasuki rumah Nyi Lurah dan berhasil menggambil keris. Namun, Nyi Lurah telah menyadari bahwa keris pusaka telah dicuri. Serta merta seluruh warga desa berbondong-bondong mengejarnya. Kejar mengejar ini berlangsung sangat jauh hingga mencapai daerah Lamongan. Pada saat di perbatasan daerah Babat-Pucuk, murid tersebut merasa terpojok karena sebuah pohon asam besar menghalangi jalannya. Dan ketika anak tombak dilemparkan kedadanya ternyata seekor kijang lewat menyelamatkannya, hingga yang terkena tombak adalah kijang. Atas kejadian tersebut, sang murid bersyukur kepada Allah dan berujar bahwa anak cucu dan keturunannya kelak tidak boleh memakan daging kijang karena binatang tersebut telah menyelamatkan nyawanya. Sang murid terus melanjutkan perjalannya ke arah Surabaya, sementara para penduduk tadi masih tetap mengejarnya. Hingga dia terjebak pada sebuah jublangan/kolam yang di dalamnya penuh dengan Ikan Lele yang memiliki pathil yang mematikan. Sementara, dari kejauhan terlihat para penduduk yang semakin dekat menuju ke arahnya dan tidak ada jalan lain selain menyeberangi kolam Lele di depannya. Namun dengan keyakinan hati dan memohon perlindungan kepada Allah, akhirnya diapun menceburkan diri ke dalam kolam penuh Ikan Lele. Ternyata tak satupun Ikan Lele menyerangnya bahkan dengan tenang dia bisa menyelam dengan ikan-ikan lele berkerumun di atasnya. Karena melihat banyak Ikan Lele berenang di atas kolam maka penduduk menganggab bahwa si pencuri tersebut tidak mungkin bersembunyi di kolam penuh Ikan Lele yang memiliki pathil yang sangat mematikan. Warga desa yang mengejarnya itu pun mengalihkan pencariannya ke tempat lain. Setelah itu menyembullah sang murid ke permukaan kolam. Dengan mengucap puji syukur kepada Allah dan lagi-lagi dia berujar bahwa anak, cucu dan keturunannya kelak untuk tidak memakan Ikan Lele, karena ikan tersebut telah menyelamatkan hidupnya. Daerah tempat diucapkannya wasiat tersebut berada di sekitar daerah Glagah Lamongan. Akhirnya, sang murid berhasil menyerahkan kembali pusakanya pada Kanjeng Sunan. Beberapa cerita mengatakan bahwa murid yang mencuri keris pusaka tersebut bernama Ronggohadi saat ini menjadi salah satu jalan di Kota Lamongan. Dia adalah orang yang kelak membabat alas Lamongan dan menjadi bupati pertama Lamongan yang bergelar Bupati Surajaya. Hingga saat ini, kebanyakan masyarakat Lamongan di daerah Glagah, tengah kota, atau pesisir, sangat jarang yang makan lele sebagai santapan lauk pauknya apalagi yang berdarah asli Lamongan ayah dan ibu asli Lamongan. Mereka khawatir kalau masih ada darah keturunan sang murid Kenjeng Sunan dan takut melanggar sumpah. Meskipun pada umumnya orang sekitar Glagah, Deket dan sekitarnya di era sekarang ini banyak yang beternak ikan lele, namun jarang sekali mereka yang memakan ikan tersebut. Konon, jika ada anak keturunannya yang melanggar sumpah, maka pigmen di area tangan atau tubuhnya akan memudar sehingga warna kulitnya belang-belang hingga menyerupai tubuh Ikan Lele. Wa'allahualam. Namun hal ini tidak berlaku bagi mereka yang mempunyai ayah dari luar Lamongan atau tinggal jauh di wilayah Lamongan bagian selatan dan barat. Ketika berkeliling kota lamongan, saya melihat ada tugu besar di tengah jalan yang di bagian atasnya terdapat patung ikan lele dan bandeng. Saya pun menjadi penasaran kenapa ikan lele dan bandeng yang digunakan ? kenapa tidak soto yang memang sudah menjadi ciri khas kabupaten lamongan. Setelah berpikir sejenak, saya baru ingat bahwa ikan lele dan bandeng merupakan lambang kota lamongan. saya pun semakin tertarik untuk mengetahui arti lambang tersebut. Setelah bertanya dan mencari referensi dari berbagai sumber, saya akhirnya menemukan jawaban dari pertanyaan tersebut. Lambang kabupaten lamongan ternyata sangat erat sekali dengan wilayah dan sejarah panjang kota lamongan. Penasaran apa arti lambang kabupaten lamongan? berikut ulasanya untuk anda. Arti lambang lamongan Segilima sama sisi Arti segilima sama sisi pada lambang Kabupaten Lamongan melambangkan dasar Negara pancasila. Bintang Pada lambang kabupaten Lamongan, terdapat sebuah bintang berwarna kuning yang memancarkan sinar yang terang ke semua penjuru. Bintang pada lambang kabupaten Lamongan melambangkan sila yang pertama yaitu ketuhanan yang maha Esa Keris Keris memiliki arti tersendiri bagi warga lamongan. keris erat kaitanya dengan latar belakang sejarah yang panjang nama lamongan. keris pada lambang Kabupaten Lamongan melalmbangkan kewaspadaan. Sejarah singkat, Sunan Giri IV saat itu merasa resah dengan kedatangan bangsa portugis ke tanah lamongan. hingga kemudian Sunan Giri memutuskan Rangga Hadi sebagai adipati pertama lamongan. Rangga Hadi dikenal juga sebagai Mbah Lamong. Dipanggil Mbah Lamong karena dia dikenal suka ngemong anak kecil. Ada pula versi lain yang menyebutkan karena kedatangan Mbah Lamong dulu dengan menyusuri kali Lamong. Bukit atau gunung yang tidak berapi Wilayah lamongan mencakupi wilayah yang cukup luas. Di sisi utara berbatasan langsung dengan samudra. Sementara di sisi selatan merupakan daerah pegunungan. Jadi bukit atau gunung yang tidak berapi pada lambang Kabupaten Lamongan melambangkan bahwa Lamongan juga memiliki wilayah yang terdiri dari daerah yang banyak bukit atau pegunungan yang di dalamnya memiliki sumber daya alam yang bermanfaat untuk pembangunan kabupaten Lamongan. Ikan lele Ikan lele pada lambang Kabupaten Lamongan melambangkan sikap ulet, sabar, tahan menderita namun jangan berani mengganggunya. Sebab ikan lele memiliki patil sebagai senjata yang siap untuk menyerang jika merasa terancam. Ikan bandeng Ikan bandeng melambangkan potensi komiditi yang dimiliki oleh Lamongan. wilayah lamongan yang terdiri dari daratan dan perairan yang cukup luas. Banyak warga lamongan yang memanfaatkan kekayaan alam tersebut untuk membudidayakan ikan di dalam tambak. Air beriak di dalam tempayan Air beriak di dalam tempayan pada lambang kabupaten Lamongan melambangkan bahwa air selalu menjadi masalah. Di musim penghujan, beberapa wilayah di lamongan sering kali tergenang banjir. Di musim kemarau, hampir seluruh wilayah lamongan selalu kesulitan air. “rendeng gak iso ndodok, tigo gak iso cewok,” ungkapan ini selalu melekat bagi lamongan. Tempayan batu Tempayan batu melambangkan tempat air bersih yang bisa diambil oleh siapa saja yang memerlukan. padi dan kapas padi dan kapas pada lambang kabupaten Lamongan melambangkan kemakmuran rakyat dalam arti warga lamongan kecukupan pangan, sandang dan lain sebagainya.

logo bandeng lele lamongan